Existentialism Humanism Therapy
After I’m talking
about Psychoanalysis Therapy in my last post, next we are talking about
Existentialism Humanism Therapy. Are you interested? J
The firs let us to understand the definition.
Eksistensial Humanistik Terapi adalah terapi yang sesuai
dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusan manusia ke dalam
tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
Pendekatan Humanistik-eksistensial tentang
Manusia
Di lingkungan
Psikologi, secara umum terdapat 3 aliran besar atau pendekatan yang di dalamnya
terdiri dari para ahli yang berupaya menjabarkan perilaku manusia, baik yang
normal maupun yang menyimpang. Salah satu pendekatannya adalah yang disebut
Humanistik-eksistensial. Secara umum, para ahli yang tergabung di pendekatan
Humanistik ini percaya bahwa setiap individu memiliki potensi positif, yang
sebenarnya dapat menjawab atas setiap pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
Ketika seseorang itu tidak dapat melihat alternatif solusi dari masalahnya, itu
berarti ia tidak melihat kemampuan yang dimilikinya sehingga butuh seseorang
yang membantunya menemukan jawaban tersebut. tokoh yang paling terkenal adalah Abraham Maslow
Pendekatan psikologi
humanistik–eksistensial berfokus pada kondisi manusia yang menekankan pada
pemahaman atas manusia itu sendiri (Gerald, 1999). Ada beberapa pandangan
dari pendekatan ini tentang manusia yaitu :
1. Kesadaran diri :
Manusia memiliki kesanggupan yang
unik dan nyata untuk menyadari dirinya sendiri dan yang memungkinkannya untuk
berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada diri orang itu. Kesanggupan untuk
menemukan dan memilih alternatif-alternatif adalah aspek yang esensial pada
manusia.
2. Kebebasan,
tanggung jawab dan kecemasan :
Kebebasan untuk memilih dan
bertindak pada diri manusia harus disertai tanggung-jawab. Manusia
bertanggung-jawab atas keberhasilan maupun kegagalannya, atas kebahagiaan
maupun kesedihannya. Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kecemasan yang merupakan atribut dasar pada manusia. Kecemasan
eksistensial juga dapat diakibatkan oleh kesadaran atas adanya keterbatasan
diri dan atas kemungkinan yang tidak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian
memiliki arti penting bagi kehidupan manusia sekarang, sebab kesadaran tersebut
menghadapkan individu pada kenyataan bahwa ia memiliki waktu yang terbatas
untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3. Penciptaan makna :
Manusia berusaha
untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang memberikan makna
bagi kehidupan melalui interaksi dengan sesama dan lingkungan. Kegagalan dalam
menciptakan hubungan yang bermakna dengan sesama atau lingkungannya dapat
membuat manusia itu merasa terasing dan kesepian sehingga tidak tercipta makna
bagi kehidupan yang dijalaninya. Pemahaman akan potensi diri dan kemampuan yang
dimiliki manusia yang unik ini perlu diisi dengan adanya pemaknaan diri dalam
menjalani kehidupan ini sehingga segala sesuatunya dapat dijalani dengan penuh
rasa tanggung jawab yang akhirnya akan mendatangkan kedamaian bagi diri sendiri
dan lingkungan.
Tujuan dari terapi Eksistensial Humanistik adalah :
a.
Menolak hasil deterministik pada ciptaan manusia.
b.
Orang- orang bebas dan bertanggung jawab untuk tiap pilihan dan tindakan
mereka.
c.
Orang- orang adalah pengarang untuk
hidup mereka.
d. Terapi eksistensial membuat klien merefleksi
pada hidup, mengenali adanya banyak pilihan, dan menentukan antara pilihan-
pilihan itu.
e. Mengenali cara- cara yang mereka terima secara
pasif dalam lingkungan mereka dan menyerah, sehingga diperlukan kesadaran untuk
membentuk hidup yang dimiliki untuk menggali potensi- potensi agar hidup lebih
bermakna.
f. Menantang manusia untuk menemukan makna dan
tujuan hidup melalui penderitaan, pekerjaan dan cinta.
DASAR TERAPI
EKSISTENSIAL
Falsafat
Eksistensial Humanistik Sebagai Dasar
Terapi Eksistensial . Area filosofi yang berhubungan dengan makna keberadaan. Menanyakan pertanyaan- pertanyaan tentang
masalah- masalah cinta, kematian, dan juga makna hidup.Bagaimana seseorang berhubunga dengan nilai
dan makna hidup seseorang. dunia berubah sesuai pemikiran orang yang
berubah.
Ide- ide tentang dunia = pembangunan manusia“berada di dunia” = seseorang tidak bisa
berada di dunia tanpa sebuah dunia dan sebuah dunia tidak bisa ada tanpa
seseorang(makhluk) untuk menyadarinya.
Harus belajar tentang manusia- manusia dalam
dunia mereka. Jangan memikirkan pertanyaan- pertanyaan
tentang kenapa. Mereka memikirkan tentang
pernyataan-pernyataan.
Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan
masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri
tentang konflik dari pemilihan etika-etika atau moral tapi lebih menerimanya
sebagai bagian penting dari manusia- manusia untuk begitu. nJangan memikirkan
pertanyaan- pertanyaan tentang kenapa.
Mereka memikirkan tentang
pernyataan-pernyataan.
Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan
masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri
tentang konflik dari pemilihan etika-etika atau moral tapi lebih menerimanya
sebagai bagian penting dari manusia- manusia.
Enam Dimensi Dasar
Manusia Menurut Teori Eksistensial
1. Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya
a. Semakin tinggi kesadaran kita,
semakin tinggi kemungkinan kita untuk merasakan kebebasan.
b. Kesadaran adalah menyadari
bahwa:
kita tercipta
pasti– waktu terbatas
Kita punya potensi,
pilihan, untuk bertindak ataupun tidak bertindak.
Makna tidak
otomatis - kita harus mencarinya
Kita adalah subjek
kesepian, tak berarti, kekosongan, bersalah, dan pengasingan.
2. Kebebasan Dan Tanggung Jawab
a.
Orang- orang bebas memilih diantara pilihan- pilihan dan mempunyai peran yang
besar dalam membentuk takdir orang- orang.
b. Perilaku bagaimana kita hidup dan menjadi apa kita
adalah hasil dari pilihan kita.
c. Orang- orang harus menerima tanggung jawab untuk
menentukan hidup mereka sendiri.
3. Usaha untuk mendapatkan identitas dan bisa berhubungan dengan
orang lain
a.
Identitas adalah“ keinginan untuk menjadi” ~ kita harus mempercayai diri kita
sendiri untuk mencari dan menemukan jawaban- jawaban kita sendiri.
b. kesendirian ~ kita harus menoleransi dengan harus
mempunyai hubungan dengan diri.
c. Berjuang dengan identitas –terjebak dalam melakukan model untuk
menghindari pengalaman menjadi.
d. Hubungan ~ yang terbaik dari hubungan kita adalah jika berdasarkan
pada keinginan untuk memenuhi, bukan untuk kepentingan kita.
4. Pencarian makna
a. makna ~ seperti kesenangan, makna harus didapatkan
dengan cara yang bebas.
b. “keinginan untuk berarti” adalah dorongan yang paling
utama.
c. Hidup
tidak bermakna dengan sendirinya; setiap orang harus mencari dan menemukan
maknanya sendiri.
d.
Tujuan berhubungan dengan : Membuang nilai- nilai lam, Koping dengan
ketidakberartian, Menciptakan makna baru.
5. Kecemasan sebagai kondisi dalam hidup
a. Keresahan muncul dari dorongan untuk survive dan
mempertahankan keberadaan diri.
b. keresahan eksistensial adalah normal meskipun kematian
bisa datang tanpa keresahan.
6. Kesadaran akan kematian dan ketiadaan.
a.
Kesadaran akan kematian adalah kondisi dasar manusia yang memberikan signifikansi
untuk hidup.
b. Kita harus berfikir akan kematian jika kita ingin ada
signifikansi dalam hidup.
c. Jika kita bertahan melawan kematian hidup kita akan
menjadi sempit dan tak berarti.
d. Kita
belajar hidup untuk saat sekarang dan pada satu hari hasil dari usaha dan
kreatifitas untuk hidup.
PROSEDUR DAN TEHNIK
TERAPI
Ada
tiga tahap proses terapi yaitu
1. Terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi
mereka tentang dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan tentang
cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka
meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya.
Bagi banyak klien hal ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu awalnya
mereka memaparkan problem mereka. Terapis disini mengajarkan mereka bagaimana
caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan
mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup
2. Klien
didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari
sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke
pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien
mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka
anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian
nilai internal mereka.
3. Terapi eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah
memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasikan niali hasil
penelitian dan internalisasi dengan jalan kongkrit. Biasanya klien menemukan
jalan mereka untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi
kehidupannya yang memiliki tujuan.
TUGAS TERAPIS EKSISTENSIAL
a.
Mengundang klien untuk bagaimana mereka mengijinkan orang lain memutuskan untuk
diri mereka
b.
Mengajak klien untuk melangkah maju secara otonomi.
c.
“meskipun sekarang anda mempunyai pola yang anda lakukan, apakah anda mau
membuat pola yang baru?”
PENGALAMAN KLIEN
Dalam terapi pendekatan ini, klien
mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus
kreatif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan,
perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasinya.
Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang
menakutkan. Dengan kata lain, klien dalam terapi pendekatan ini terlibat dalam
pembukaan pintu menuju diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau
menyenangkan, mendepresikan atau gabungan dari semua perasaan tersebut. Dengan
membuka pintu yang tertutup, klien mulai melonggarkan belenggu deterministik
yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologi. Lambat laun klien
menjadi sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu
menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi,
klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat
pandangan-pandangannya menjadi riil.
HUBUNGAN ANTARA
KLIEN DAN TERAPIS
a.
Terapi adalah perjalanan yang dilakukan oleh klien dan terapis.
Kuncinya adalah
hubungan orang per orang
Hubungan itu menuntut terapis untuk melakukan
kontak dengan dunia fenomenologis mereka sendiri.
b.
Inti dari hubungan terapik
hormat, dan yakin
terhadap potensi klien.
berbagi reaksi dan
kepedulian serta empati yang tulus.
KRITIK EKSISTENSIAL HUMANISTIK
TERAPI
Salah satu kritik terhadap psikologi ekstensial adalah
ketika psikologi telah diperjuangkan untuk dapat membebaskan diri dari dominisi
filsafat, justru psikologi ekstensial secara terang-terangan menyatakan kemuakkannya
terhadap positivisme dan determinisme. Para psikolog di Amerika yang telah
memperjuangkan kemerdekaan psikolog dari filsafat jelas menentang keras segala
bentuk hubungan baru dengan filsafat. Banyak psikolog merasa bahwa psikologi
ekstensial mencerminkan suatu pemutusan yang mengerikan dengan jajaran ilmu
pengetahuan, karena itu membahayakan kedudukan ilmu psikologi yang telah diperjuangkan
dengan begitu susah payah. Salah satu konsep ekstensial yang paling ditentang
oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut
apa yang diinginkannya. Jika benar, maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan
validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tentang tingkah laku yang
sangat detrministic. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya,
maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen
menjadi sangat terbatas.
(Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993). Banyak
psikolog dan sarjana psikolog baik dalam maupun luar negeri mempertanyakan
keberadaan analisis eksistensial. Yang mereka mempertanyakan menyangkut dasar-dasar
ilmiah dari analisi sekstensial. Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan
untuk melepaskan diri dan berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan
suatu science (ilmu pasti alami) yang independent. Padahal, analisis ekstensial
mengeritik ilmu (science) dan mengambil manfaat dari filsafat (fenomenologi dan
eksistensialisme). Atas dasar itu, banyak sarjana psikologi yang bertanya, apakah
analisis eksistensial relevan dengan perkembangan ilmu psikologi modern ?.
Jawaban atas
pertanyaan itu tergantung pada pemahaman kita tentang manusia. Siapakah atau
apakah manusia itu ?. Apakah manusia pada dasarnya hanya merupakan bagian dari
organisme dan atau dari materi (aspek fisik kehidupan) ? Jika kita memahami
manusia sebagaimana para behavioris atau psikoanalisis memahaminya, yakni bahwa manusia
pada dasarnya merupakan bagian dari organisme atau materi, maka analisis
eksistensial tampaknya tidak diperlukan. Cukup dengan pendekatan kuantitatif dan
medis, dengan eksperimen dan pembedahan otak manusia, maka kita sudah cukup
mampu memahami dan menyembuhkan individu (manusia) yang bermasalah (patologis).
Namun, dalam praktek atau kenyataan, kita menyaksikan bahwa manusia ternyata
jauh lebih kompleks dari sekedar organisme dan materi. (Zainal A., 2002).
Pendekatan ini
paling sering dikritik karena kelemahannya dalam metodologi. Sementara kritikus
mengeritiknya karena bahasa dan konsepnya yang mistikal, kritikus lainya
menolaknya karena menganggapnya sebagai gerakan sementara yang berlandaskan
reaksi terhadap pendekatan ilmiah dan positivistik. Orang-orang yang menyukai
praktek terapi yang berlandaskan penelitian menekankan bahwa konsep-konsep itu
harus benar secara empiris, bahwa definisi-definisi harus dibuat operasional,
dan bahwa hipotesi-hipotesis harus dapat diuji.
Meskipun
kritik-kritik itu memiliki landasan-landasan pembenaran, terapi ekstensial
sesungguhnya menekankan aspek-aspek yang unik oleh pendekatanpendekatan lain
diabaikan. Fokus pada sifat manusia, pentingnya hubungan antara terapis dan
klien, dan kebebasan klien untuk menentukan klien untuk menentukan nasibnya sendiri
adalah aspek-aspek yang berarti. Pendekatan ekstensial-humanistik tidak
mengecilkan manusia menjadi kumpulan naluri ataupun hasil pengondisian.
Alih-alih ia menyajikan suatu filsafat yang menjadi landasan bagi praktek
terapi. Pendekatan ekstensial mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan
gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan
ekstensial juga menunjukan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian
dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya.
Pendekatan ekstensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan
manusia kesadaran diri dan kebebasan yang konsistan. Bagi para eksistensialis,
pemberian penghargaan kepada pandangan baru tentang kematian adalah suatu hal
yang positif, bukan suatu tidak sehat yang menjadi pengganti ketakutan, sebab
kematian memberikan makna pada hidup. Selanjutnya, para ekstensialis telah
menyumbangkan suatu dimensi baru kepada pemahaman atas kecemasan, perasan
berdosa, frustasi, kesepian, dan keterkucilan.
http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&lpg=PA354&dq=eksistensial+humanistik+terapi&source=bl&ots=LR_NU-b7Sr&sig=fk9zjmADYzqERXsHIbdB2za2wkY&hl=id&sa=X&ei=RJZCUYOuAo2qrAf4lIH4Cg&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=eksistensial%20humanistik%20terapi&f=false
http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&lpg=PA354&dq=eksistensial+humanistik+terapi&source=bl&ots=LR_NU-b7Sr&sig=fk9zjmADYzqERXsHIbdB2za2wkY&hl=id&sa=X&ei=RJZCUYOuAo2qrAf4lIH4Cg&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=eksistensial%20humanistik%20terapi&f=false
http://enamkonselor.files.com/2012/05/terapieksistensial.pdf
0 komentar:
Posting Komentar