Halaman

Kamis, 21 Maret 2013


Existentialism Humanism Therapy



After I’m talking about Psychoanalysis Therapy in my last post, next we are talking about Existentialism Humanism Therapy. Are you interested? J

The firs let us to understand  the definition.
Eksistensial  Humanistik Terapi adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusan manusia ke dalam tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.

Pendekatan Humanistik-eksistensial tentang Manusia
Di lingkungan Psikologi, secara umum terdapat 3 aliran besar atau pendekatan yang di dalamnya terdiri dari para ahli yang berupaya menjabarkan perilaku manusia, baik yang normal maupun yang menyimpang. Salah satu pendekatannya adalah yang disebut Humanistik-eksistensial. Secara umum, para ahli yang tergabung di pendekatan Humanistik ini percaya bahwa setiap individu memiliki potensi positif, yang sebenarnya dapat menjawab atas setiap pertanyaan atau masalah yang dihadapi. Ketika seseorang itu tidak dapat melihat alternatif solusi dari masalahnya, itu berarti ia tidak melihat kemampuan yang dimilikinya sehingga butuh seseorang yang membantunya menemukan jawaban tersebut. tokoh yang paling terkenal adalah Abraham Maslow

Pendekatan psikologi humanistik–eksistensial berfokus pada kondisi manusia yang menekankan pada pemahaman atas manusia itu sendiri (Gerald, 1999). Ada beberapa pandangan dari pendekatan ini tentang manusia yaitu :

1. Kesadaran diri :
Manusia memiliki kesanggupan yang unik dan nyata untuk menyadari dirinya sendiri dan yang memungkinkannya untuk berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada diri orang itu. Kesanggupan untuk menemukan dan memilih alternatif-alternatif adalah aspek yang esensial pada manusia.

2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan :


Kebebasan untuk memilih dan bertindak pada diri manusia harus disertai tanggung-jawab. Manusia bertanggung-jawab atas keberhasilan maupun kegagalannya, atas kebahagiaan maupun kesedihannya. Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang merupakan atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga dapat diakibatkan oleh kesadaran atas adanya keterbatasan diri dan atas kemungkinan yang tidak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan manusia sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa ia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3. Penciptaan makna :
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan melalui interaksi dengan sesama dan lingkungan. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dengan sesama atau lingkungannya dapat membuat manusia itu merasa terasing dan kesepian sehingga tidak tercipta makna bagi kehidupan yang dijalaninya. Pemahaman akan potensi diri dan kemampuan yang dimiliki manusia yang unik ini perlu diisi dengan adanya pemaknaan diri dalam menjalani kehidupan ini sehingga segala sesuatunya dapat dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang akhirnya akan mendatangkan kedamaian bagi diri sendiri dan lingkungan.

 Tujuan dari terapi Eksistensial Humanistik adalah :


a. Menolak hasil deterministik pada ciptaan manusia.
b. Orang- orang bebas dan bertanggung jawab untuk tiap pilihan dan tindakan mereka.
c.   Orang- orang adalah pengarang untuk hidup mereka.
d.  Terapi eksistensial membuat klien merefleksi pada hidup, mengenali adanya banyak pilihan, dan menentukan antara pilihan- pilihan itu.
e.  Mengenali cara- cara yang mereka terima secara pasif dalam lingkungan mereka dan menyerah, sehingga diperlukan kesadaran untuk membentuk hidup yang dimiliki untuk menggali potensi- potensi agar hidup lebih bermakna.
f.   Menantang manusia untuk menemukan makna dan tujuan hidup melalui penderitaan, pekerjaan dan cinta.

DASAR TERAPI EKSISTENSIAL


Falsafat Eksistensial  Humanistik Sebagai Dasar Terapi Eksistensial . Area filosofi yang berhubungan dengan makna keberadaan. Menanyakan pertanyaan- pertanyaan tentang masalah- masalah cinta, kematian, dan juga makna hidup.Bagaimana seseorang berhubunga dengan nilai dan makna hidup seseorang. dunia berubah sesuai pemikiran orang yang berubah.
 Ide- ide tentang dunia = pembangunan manusia“berada di dunia” = seseorang tidak bisa berada di dunia tanpa sebuah dunia dan sebuah dunia tidak bisa ada tanpa seseorang(makhluk) untuk menyadarinya.
 Harus belajar tentang manusia- manusia dalam dunia mereka. Jangan memikirkan pertanyaan- pertanyaan tentang kenapa. Mereka memikirkan tentang pernyataan-pernyataan.
 Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
 Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri tentang konflik dari pemilihan etika-etika atau moral tapi lebih menerimanya sebagai bagian penting dari manusia- manusia untuk begitu. nJangan memikirkan pertanyaan- pertanyaan tentang kenapa.
 Mereka memikirkan tentang pernyataan-pernyataan.
 Mereka tidak mengabaikan atau menjelaskan masalah- masalah manusia seperti etika-etika atau moral.
 Mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri tentang konflik dari pemilihan etika-etika atau moral tapi lebih menerimanya sebagai bagian penting dari manusia- manusia.

Enam Dimensi Dasar Manusia Menurut Teori Eksistensial

1. Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya
a. Semakin tinggi kesadaran kita, semakin tinggi kemungkinan kita untuk merasakan kebebasan.
b. Kesadaran adalah menyadari bahwa:
 kita tercipta pasti– waktu terbatas
 Kita punya potensi, pilihan, untuk bertindak ataupun tidak bertindak.
 Makna tidak otomatis - kita harus mencarinya
 Kita adalah subjek kesepian, tak berarti, kekosongan, bersalah, dan pengasingan.
2. Kebebasan Dan Tanggung Jawab
a. Orang- orang bebas memilih diantara pilihan- pilihan dan mempunyai peran yang besar dalam membentuk takdir orang- orang.
b. Perilaku bagaimana kita hidup dan menjadi apa kita adalah hasil dari pilihan kita.
c. Orang- orang harus menerima tanggung jawab untuk menentukan hidup mereka sendiri.
3. Usaha untuk mendapatkan identitas dan bisa berhubungan dengan orang lain
a. Identitas adalah“ keinginan untuk menjadi” ~ kita harus mempercayai diri kita sendiri untuk mencari dan menemukan jawaban- jawaban kita sendiri.
b. kesendirian ~ kita harus menoleransi dengan harus mempunyai hubungan dengan diri.
c. Berjuang dengan identitas –terjebak dalam melakukan model untuk menghindari pengalaman      menjadi.
d. Hubungan ~ yang terbaik dari hubungan kita adalah jika berdasarkan pada keinginan untuk memenuhi, bukan untuk kepentingan kita.
4. Pencarian makna
a. makna ~ seperti kesenangan, makna harus didapatkan dengan cara yang bebas.
b. “keinginan untuk berarti” adalah dorongan yang paling utama.
c. Hidup tidak bermakna dengan sendirinya; setiap orang harus mencari dan menemukan maknanya sendiri.
d. Tujuan berhubungan dengan : Membuang nilai- nilai lam, Koping dengan ketidakberartian, Menciptakan makna baru.
5. Kecemasan sebagai kondisi dalam hidup
a. Keresahan muncul dari dorongan untuk survive dan mempertahankan keberadaan diri.
b. keresahan eksistensial adalah normal meskipun kematian bisa datang tanpa keresahan.
6. Kesadaran akan kematian dan ketiadaan.
a. Kesadaran akan kematian adalah kondisi dasar manusia yang memberikan signifikansi untuk hidup.
b. Kita harus berfikir akan kematian jika kita ingin ada signifikansi dalam hidup.
c. Jika kita bertahan melawan kematian hidup kita akan menjadi sempit dan tak berarti.
d. Kita belajar hidup untuk saat sekarang dan pada satu hari hasil dari usaha dan kreatifitas untuk hidup.

PROSEDUR DAN TEHNIK TERAPI


Ada tiga tahap proses terapi yaitu
1. Terapis membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka tentang dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi banyak klien hal ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu awalnya mereka memaparkan problem mereka. Terapis disini mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup
2. Klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3. Terapi eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasikan niali hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan kongkrit. Biasanya klien menemukan jalan mereka untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.

TUGAS TERAPIS EKSISTENSIAL

a. Mengundang klien untuk bagaimana mereka mengijinkan orang lain memutuskan untuk diri mereka
b. Mengajak klien untuk melangkah maju secara otonomi.
c. “meskipun sekarang anda mempunyai pola yang anda lakukan, apakah anda mau membuat pola yang baru?”

 PENGALAMAN KLIEN

Dalam terapi pendekatan ini, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus kreatif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasinya. Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Dengan kata lain, klien dalam terapi pendekatan ini terlibat dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan, mendepresikan atau gabungan dari semua perasaan tersebut. Dengan membuka pintu yang tertutup, klien mulai melonggarkan belenggu deterministik yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologi. Lambat laun klien menjadi sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi riil.

HUBUNGAN ANTARA KLIEN DAN TERAPIS

a. Terapi adalah perjalanan yang dilakukan oleh klien dan terapis.
 Kuncinya adalah hubungan orang per orang
 Hubungan itu menuntut terapis untuk melakukan kontak dengan dunia fenomenologis mereka sendiri.
b. Inti dari hubungan terapik
 hormat, dan yakin terhadap potensi klien.
 berbagi reaksi dan kepedulian serta empati yang tulus.

KRITIK EKSISTENSIAL HUMANISTIK TERAPI
Salah satu kritik terhadap psikologi ekstensial adalah ketika psikologi telah diperjuangkan untuk dapat membebaskan diri dari dominisi filsafat, justru psikologi ekstensial secara terang-terangan menyatakan kemuakkannya terhadap positivisme dan determinisme. Para psikolog di Amerika yang telah memperjuangkan kemerdekaan psikolog dari filsafat jelas menentang keras segala bentuk hubungan baru dengan filsafat. Banyak psikolog merasa bahwa psikologi ekstensial mencerminkan suatu pemutusan yang mengerikan dengan jajaran ilmu pengetahuan, karena itu membahayakan kedudukan ilmu psikologi yang telah diperjuangkan dengan begitu susah payah. Salah satu konsep ekstensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa yang diinginkannya. Jika benar, maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tentang tingkah laku yang sangat detrministic. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas.
(Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993). Banyak psikolog dan sarjana psikolog baik dalam maupun luar negeri mempertanyakan keberadaan analisis eksistensial. Yang mereka mempertanyakan menyangkut dasar-dasar ilmiah dari analisi sekstensial. Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan untuk melepaskan diri dan berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan suatu science (ilmu pasti alami) yang independent. Padahal, analisis ekstensial mengeritik ilmu (science) dan mengambil manfaat dari filsafat (fenomenologi dan eksistensialisme). Atas dasar itu, banyak sarjana psikologi yang bertanya, apakah analisis eksistensial relevan dengan perkembangan ilmu psikologi modern ?.
Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada pemahaman kita tentang manusia. Siapakah atau apakah manusia itu ?. Apakah manusia pada dasarnya hanya merupakan bagian dari organisme dan atau dari materi (aspek fisik kehidupan) ? Jika kita memahami manusia sebagaimana para behavioris atau psikoanalisis memahaminya, yakni bahwa manusia pada dasarnya merupakan bagian dari organisme atau materi, maka analisis eksistensial tampaknya tidak diperlukan. Cukup dengan pendekatan kuantitatif dan medis, dengan eksperimen dan pembedahan otak manusia, maka kita sudah cukup mampu memahami dan menyembuhkan individu (manusia) yang bermasalah (patologis). Namun, dalam praktek atau kenyataan, kita menyaksikan bahwa manusia ternyata jauh lebih kompleks dari sekedar organisme dan materi. (Zainal A., 2002).
Pendekatan ini paling sering dikritik karena kelemahannya dalam metodologi. Sementara kritikus mengeritiknya karena bahasa dan konsepnya yang mistikal, kritikus lainya menolaknya karena menganggapnya sebagai gerakan sementara yang berlandaskan reaksi terhadap pendekatan ilmiah dan positivistik. Orang-orang yang menyukai praktek terapi yang berlandaskan penelitian menekankan bahwa konsep-konsep itu harus benar secara empiris, bahwa definisi-definisi harus dibuat operasional, dan bahwa hipotesi-hipotesis harus dapat diuji.
Meskipun kritik-kritik itu memiliki landasan-landasan pembenaran, terapi ekstensial sesungguhnya menekankan aspek-aspek yang unik oleh pendekatanpendekatan lain diabaikan. Fokus pada sifat manusia, pentingnya hubungan antara terapis dan klien, dan kebebasan klien untuk menentukan klien untuk menentukan nasibnya sendiri adalah aspek-aspek yang berarti. Pendekatan ekstensial-humanistik tidak mengecilkan manusia menjadi kumpulan naluri ataupun hasil pengondisian. Alih-alih ia menyajikan suatu filsafat yang menjadi landasan bagi praktek terapi. Pendekatan ekstensial mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ekstensial juga menunjukan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan ekstensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia kesadaran diri dan kebebasan yang konsistan. Bagi para eksistensialis, pemberian penghargaan kepada pandangan baru tentang kematian adalah suatu hal yang positif, bukan suatu tidak sehat yang menjadi pengganti ketakutan, sebab kematian memberikan makna pada hidup. Selanjutnya, para ekstensialis telah menyumbangkan suatu dimensi baru kepada pemahaman atas kecemasan, perasan berdosa, frustasi, kesepian, dan keterkucilan.


http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&lpg=PA354&dq=eksistensial+humanistik+terapi&source=bl&ots=LR_NU-b7Sr&sig=fk9zjmADYzqERXsHIbdB2za2wkY&hl=id&sa=X&ei=RJZCUYOuAo2qrAf4lIH4Cg&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=eksistensial%20humanistik%20terapi&f=false http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&lpg=PA354&dq=eksistensial+humanistik+terapi&source=bl&ots=LR_NU-b7Sr&sig=fk9zjmADYzqERXsHIbdB2za2wkY&hl=id&sa=X&ei=RJZCUYOuAo2qrAf4lIH4Cg&ved=0CC8Q6AEwAQ#v=onepage&q=eksistensial%20humanistik%20terapi&f=false
http://enamkonselor.files.com/2012/05/terapieksistensial.pdf

0 komentar:

Posting Komentar