Logotherapy
Konsep
Logoterapi
Logoterapi berasal dari kata logos
(Yunani), yang dapat diartikan sebagai arti dan semangat. Manusia butuh untuk
mencari arti kehidupan mereka dan logoterapi membantu kliennya dalam pencarian.
Logoterapi terkadang disebut aliran ketiga dalam terapi psikis, aliran yang
lainnya adalah analisis kejiwaan (Freud) dan psikologi individual (Adler).
Mereka berbeda dalam analisis kejiwaan yang fokus pada tekad kesenangan,
psikologi individual fokus pada tekad kekuatan dan logoterapi fokus pada tekad
makna. Hidup itu singkat dan penuh potensi serta kemungkinan-kemungkinan. Hal
yang terpenting bukan karakter, insting, inisiatif kita, tetapi bagaimana kita
bersikap terhadap hal-hal tersebut. Kita bebas membentuk karakter kita dan
bertanggung jawab juga terhadap apa yang kita buat untuk diri kita sendiri.
Ada tiga fungsi manusia secara
jelas: hati nurani, refleksi contoh, dan kapasitas untuk membuat diri sendiri
sebagai objek.
1. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Dalam
pencarian makna melibatkan kesadaran dan keidaksadaran. Logoterapi fokus
terhadap kehidupan spiritual kita karena pada dasarnya kita makhluk spiritual.
Kata spiritual disini bukan kata pada makna keagamaan. Fenomena spiritual kita
dapa sadar atau tidak.
a. Ketidaksadaran Spiritual
Dasar
kehidupan mnusia akhirnya adalah tidak sadar. Ada perbedaan diantara
ketidaksadaran spiritual dan instingtual. Freud menganggap ketidaksadarn
sebagai insting yang tertindas, kejiwaan yang dalam mengikuti klien pada
dalamnya jiwa mereka daripada fokus terhadap jasmani yang tertindas. ada
kesulitan pada diri yang dasarnya tidak terefleksikan: ’ Hidup berada pada aksi
bukan refleksi’ Frankl.
b. Ketidaksadaran Keagamaan
Ketika
impian dianalisis, keagamaan yang tidak sadar dan tertindas, tidak tertutupi.
Ketidaksadaran keagamaan ada pada ketidaksadaran spiritual. Menurut Jung,
ketidaksadaran keagamaan datang dari penyimpanan impersonal dari bayangan
manusia. Frank mengatakan sebagai perbandingan bahwa hal tersebut berasal dari
pusat kepribadian dari setiap manusia. Eksistensial dari keagamaan harus
spontan, dan ketika harus asli, harus diungkapkan pada langkah sendiri. Frank
(1975, hal. 70): ’sekali malaikat tertindas, ia akan berubah menjadi setan’.
2. Hati Nurani
Hati
nurani memiliki keaslian dalam ketidaksadaran spiritual dan dibandingkan secara
individual dengan insting. Hati nurani dideskripsikan sebagai ’insting etika’
dan memiliki kualitas luar biasa.
3. Makna
Menurut
Frank (1955, hal.85) kita tidak akan pernah menghindar dari tugas memilih
diantara kemungkinan-kemungkinan. Banyak orang mengabaikan masa lalu mereka
sebagai sumber makna di kehidupan mereka, padahal mengindetifikasi sumber makna
di masa lalu dapat memberi makna di masa sekarang. Makna hidup itu harus dicari
oleh manusia. Di dalam makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu : (1) nilai
kreatif, (2) nilai pengalaman, dan (3) nilai sikap. Dengan dorongan untuk
mengisi nilai-nilai itu maka kehidupan akan lebih bermakna. Makna hidup yang
diperoleh manusia akan meringankan beban atau gangguan kejiwaan yang
dialaminya.
Asas
Logoterapi
Pada hakikatnya merupakan inti
dari setiap perjuangan hidup, yakni mengusahakan agar kehidupan senantiasa
berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan agama. Asas utama
logoterapi yaitu:
1) Hidup itu tetap memiliki makna dalam setiap situasi. Makna
adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta
memberi nilai khusus bagi seseorang dan ayak dijadikan tujuan hidup. Jika makna
hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi maka akan menyebabkan kehidupan berarti
dan akan mendapatkan kebahagiaan sebagai ganjarannya.
2) Setiap manusia
memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menemukan sendiri makna
hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu
sendiri khususnya pada pekerjaan yang dilakukan dan dalam keyakinan terhadap
harapan dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.
3) Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
terhadap penderiataan dan peristiwa tragis yang dihadapi setelah upaya
mengatasinya telah dilakukan secara ptimal namun tidak berhasil. Maksudnya,
jika kita tidak mungkin mengubah suatu keadaan sebaiknya kita mengubah sikap
kita atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan
itu.
Ketiga asas tersebut tercakup dalam ajaran
logoterapi mengenai eksistensi dan makna hidup, sebagai berikut:
1) Dalam setiap keadaan termasuk dalam penderitaan sekalipun
hidup ini selalu memberi atau mempunyai makna.
2) Kehendak untuk
hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
3) Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan
tanggung jawab pribadi untuk mamilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan
hidupnya.
4) Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan
tiga nilai kehidupan (nilai-nilai kreatif/creative
values, nilai-nilai penghayatan/experiental
values, dan nilai-nilai bersikap/attitudinal
values).
Sumber-sumber
Makna Hidup
Selama kita mampu melihat hikmah
di setiap keadaan maka makna hidup mungkin saja dapat ditemukan dalam keadaan
penderitaan. Dalam kehidupan ini terdapat beberapa bidang kegiatan yang secara
potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang dapat menemukan
makna hidupnya aabila nilinilai tersebut dipenuhi.
Creative values seperti berkarya, bekerja, serta melaksanakan tugas
dan kewajiban sebaiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja
kita dapat menemukan makna hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.
Namun, pekerjaan hanyalah sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan
mengembangkan makna hidup, sehingga makna hidup tidak terletak pada pekerjaan
tetapi lebih tergantung pada individu yang bersangkutan.
Experiental values yakni keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai
kebenaran, keindahan, keimanan, serta cinta kasih.
Attitudinal values yakni menerima dengan penuh ketabahan,
kesabaran, dan kebenaran segala bentuk bentuk penderitaan. Dalam hal ini yang
diubah buka keadaannya tetapi sikap yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.
Hopefull values, harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal
yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Meskipun harapan
belum tentu menjadi kenyataan namun dapat memberikan sebuah peluang dan solusi
serta tujuan baru yang menjanjikan dan dapat menimbulkan semangat dan
optimisme.
Tujuan Logoterapi
Logo therapy bertujuan agar dalam
masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan
kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya
sehingga bebas dari masalah tersebut.Ada pun tujuan dari logoterapi adalah agar
setiap pribadi:
1) Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang
secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama
yang dianutnya;
2) Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering
ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
3) Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari
penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara
sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Hakikat
Manusia dalam Logoterapi
Berikut ini merupakan beberapa pandangan logoterapi
terhadap manusia :
1) Menurut Frankl
manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas
bio-psiko-spiritual.
2) Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual
yang terintegrasi dengan dimensi ragawi dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa
sebutan “spirituality” dalam
logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki
manusia tanpa memandang ras, ideology,
agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalah pahami
sebagai konsep agama.
3) Dengan adanya dimensi noetic
ini manusia mampu melakukan selfdetachment, yakni dengan sadar mengambil jarak
terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
4) Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar
serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan
sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Dengan demikian, dalam pandangan
logoterapi manusia adalah istimewa yang memiliki berbagai kemampuan dan
daya-daya istimewa pula. Sadar diri, kemampuan mengambil jarak dan transendensi
diri menunjukan kemampuan manusia untuk melampaui dimensi ragawi (antara lain
bawaan dan insting) dan pengaruh lingkungan serta mampu mengarahkan diri kepada
hal-hal diluar dirinya seperti makna hidup dan orang-orang yang dikasihinya.
Manusia pun menemukan makna hidup melalui apa yang diberikan kepada lingkungan,
apa yang yang diambilnya dari lingkungan (menghayati keindahan dan cinta kasih
), serta sikap tepat atas kondisi tragis yang tak dapat dihindari (misalnya
kematian).
Pandangan
Logoterapi Terhadap Masalah
Dalam ilmu psikologi Eksistensial,
masalah makna hidup banyak dibahas. Salah seorang tokohnya yang banyak membahas
masalah makna hidup adalah
Victor Frankl
seorang psikiater dari Austria
dengan teorinya yang
disebut logoterapi. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan
hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami
kehampaan eksistensial dan selanjutnya akan menimbulkan frustasi eksistensial
(frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna). Logoterapi membantu
individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering
menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Dalam logoterapi masalah
adalah ujian hidup yang menurut Frankl harus dihadapi dengan keberanian dan
kesabaran. Yakni keberanian untuk membiarkan masalah ini untuk sementara waktu
tak terpecahkan, dan kesabaran untuk tidak menyerah dan mengupayakan
penyelesaian.
Logoterapi dapat digambarkan
sebagai corak psikologi yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di
samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of
life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning)
merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful
life) yang didambakannya. Hidup akan memiliki makna dalam setiap
situasi selama kita mampu mengambil hikmah, bahkan dalam penderitaan dan
kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar,
berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak
dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya
sendiri dan lingkungan sekitar (penderitaan dan kepedihan). Makna hidup setiap
manusia dapat ditentukan sendiri olehnya, karena manusia memiliki kebebasan yang
hampir tidak terbatas. Dari kebebasannya manusia dapat memilih makna atas
setiap peristiwa yang terjadi dalam diri, apakah itu makna positif atupun makna
yang negatif. Dan makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
Hubungan
Terapis dan Klien dalam Logoterapi
Dalam logoterapi, klien mampu
mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif
dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan,
perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi.
Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering dianggap tindakan yang
menakutkan. Klien dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri
sendiri. Pengalaman yang menakutkan atau menyenangkan dan mendepresikan atau
gabungan dari semua perasaan tersebut.
Dengan membuka pintu yang
tertutup, klien mampu melonggarkan belenggu deterministic
yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologis. Lambat laun klien
mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu
menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi, klien
bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangan
menjadi nyata. Menurut Frankl (1959), pencarian makna dalam hidup adalah salah
satu ciri manusia. Dalam pandangan para eksistensialis, tugas utama terapis
adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
ketidakberdayaan, keputusasaan, ketidak bermaknaan, dan kekosongan eksistensial.
Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidak bermaknaan dan
membantu Klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau.
Frankl menandaskan bahwa fungsi Terapis
bukanlah menyampaikan kepada Klien apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan
mengungkapkan bahwa Klien bisa menemukan makna, bahkan juga dari penderitaan,
karena penderitaan manusia bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang
diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Buhler dan Allen (1972) sepakat
bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia
alih-alih sistem teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi
bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke terapis
2. Menyadari peran dari tanggung jawab Terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan
terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan Terapis terlibat dengan Klien
sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan
akhir terletak di tangan Klien
7. Memandang Terapis sebagai model, dalam arti bahwa Terapis
dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara
implisit menunjukkan potensi Klien bagi tindakan kreatif dan positif
8. Mengakui kebebasan Klien untuk mengungkapkan pandangan dan
untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
9. Bekerja ke arah
mengurangi ketergantungan Klien serta meningkatkan kebebasan Klien May (1961)
memandang tugas Terapis diantaranya adalah membantu Klien agar menyadari
keberadaannya dalam dunia : “ini adalah ketika pasien melihat dirinya sebagai
orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subjek yang
memiliki dunia”.
Frankl (1959) menjabarkan peran Terapis
sebagai “spesialis mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas
dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari makna
dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.
Tahapan-tahapan
Logoterapi
Proses terapi pada umumnya
mencakup tahap-tahap : perkenalan, pengungkapan dan penjajakan masalah,
pembahasan bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta pengubahan sikap dan
perilaku. Biasnya setelah masa klienng berakhir masih dilanjutkan pemantauan
atas upaya perubahan perilaku dan klien dapan melakukan konsultasi lanjutan
jika diperlukan. Logoterapi berorientasi
pada masa depan (future oriented) dan
berorientasi pada makna hidup (meaning
oriented). Relasi yang dibangun antara terapis dengan klien adalah encounter, yaitu hubungan antar pribadi
yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk
saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain.
Ada empat tahap utama didalam
proses logterapi diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman
untuk konsultasi dengan pembina rapport
yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada
sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak
jarang memberikan efek terapi bagi klien.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada tahap ini terapis
mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan terapi
lain yang cenderung membiarkan klien “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya,
dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu
sebagai kenyataan.
3. Pada tahap
pembahasan bersama, terapis dan klien bersama-sama membahas dan menyamakan
persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup
sekalipun dalam penderitaan.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi
interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya,
yaitu perubahan sikap dan perilaku klien. Pada tahap-tahap ini tercakup
modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna,
dan pengurangan symptom.
Teknik-Teknik
Terapi
Victor Frankl dikenal sebagai
terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik
tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu
menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan
hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang
ditakuti.
Seorang pemuda yang selalu gugup
ketika bergaul dengan banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu.
Contoh lain adalah masalah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita
insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata,
mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru harus berusaha terjaga selama
mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong
anda untuk melangkah ke kasur.
Teknik terapi Frankl yang kedua
adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan
berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan
mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain,
persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami
masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri
anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda,
tidak juga diri pasangan anda.
Willis, Sofyan S. (2004).
Konseling Individul Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.