Halaman

Rabu, 01 Mei 2013


Logotherapy



Konsep Logoterapi
Logoterapi berasal dari kata logos (Yunani), yang dapat diartikan sebagai arti dan semangat. Manusia butuh untuk mencari arti kehidupan mereka dan logoterapi membantu kliennya dalam pencarian. Logoterapi terkadang disebut aliran ketiga dalam terapi psikis, aliran yang lainnya adalah analisis kejiwaan (Freud) dan psikologi individual (Adler). Mereka berbeda dalam analisis kejiwaan yang fokus pada tekad kesenangan, psikologi individual fokus pada tekad kekuatan dan logoterapi fokus pada tekad makna. Hidup itu singkat dan penuh potensi serta kemungkinan-kemungkinan. Hal yang terpenting bukan karakter, insting, inisiatif kita, tetapi bagaimana kita bersikap terhadap hal-hal tersebut. Kita bebas membentuk karakter kita dan bertanggung jawab juga terhadap apa yang kita buat untuk diri kita sendiri.


Ada tiga fungsi manusia secara jelas: hati nurani, refleksi contoh, dan kapasitas untuk membuat diri sendiri sebagai objek.
1. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Dalam pencarian makna melibatkan kesadaran dan keidaksadaran. Logoterapi fokus terhadap kehidupan spiritual kita karena pada dasarnya kita makhluk spiritual. Kata spiritual disini bukan kata pada makna keagamaan. Fenomena spiritual kita dapa sadar atau tidak.
a. Ketidaksadaran Spiritual
Dasar kehidupan mnusia akhirnya adalah tidak sadar. Ada perbedaan diantara ketidaksadaran spiritual dan instingtual. Freud menganggap ketidaksadarn sebagai insting yang tertindas, kejiwaan yang dalam mengikuti klien pada dalamnya jiwa mereka daripada fokus terhadap jasmani yang tertindas. ada kesulitan pada diri yang dasarnya tidak terefleksikan: ’ Hidup berada pada aksi bukan refleksi’ Frankl.
b. Ketidaksadaran Keagamaan
Ketika impian dianalisis, keagamaan yang tidak sadar dan tertindas, tidak tertutupi. Ketidaksadaran keagamaan ada pada ketidaksadaran spiritual. Menurut Jung, ketidaksadaran keagamaan datang dari penyimpanan impersonal dari bayangan manusia. Frank mengatakan sebagai perbandingan bahwa hal tersebut berasal dari pusat kepribadian dari setiap manusia. Eksistensial dari keagamaan harus spontan, dan ketika harus asli, harus diungkapkan pada langkah sendiri. Frank (1975, hal. 70): ’sekali malaikat tertindas, ia akan berubah menjadi setan’.
2.  Hati Nurani
Hati nurani memiliki keaslian dalam ketidaksadaran spiritual dan dibandingkan secara individual dengan insting. Hati nurani dideskripsikan sebagai ’insting etika’ dan memiliki kualitas luar biasa.
3.  Makna
Menurut Frank (1955, hal.85) kita tidak akan pernah menghindar dari tugas memilih diantara kemungkinan-kemungkinan. Banyak orang mengabaikan masa lalu mereka sebagai sumber makna di kehidupan mereka, padahal mengindetifikasi sumber makna di masa lalu dapat memberi makna di masa sekarang. Makna hidup itu harus dicari oleh manusia. Di dalam makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu : (1) nilai kreatif, (2) nilai pengalaman, dan (3) nilai sikap. Dengan dorongan untuk mengisi nilai-nilai itu maka kehidupan akan lebih bermakna. Makna hidup yang diperoleh manusia akan meringankan beban atau gangguan kejiwaan yang dialaminya.
Asas Logoterapi
Pada hakikatnya merupakan inti dari setiap perjuangan hidup, yakni mengusahakan agar kehidupan senantiasa berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan agama. Asas utama logoterapi yaitu:
1) Hidup itu tetap memiliki makna dalam setiap situasi. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberi nilai khusus bagi seseorang dan ayak dijadikan tujuan hidup. Jika makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi maka akan menyebabkan kehidupan berarti dan akan mendapatkan kebahagiaan sebagai ganjarannya.
2) Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri khususnya pada pekerjaan yang dilakukan dan dalam keyakinan terhadap harapan dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.


3) Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderiataan dan peristiwa tragis yang dihadapi setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara ptimal namun tidak berhasil. Maksudnya, jika kita tidak mungkin mengubah suatu keadaan sebaiknya kita mengubah sikap kita atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan itu.
 Ketiga asas tersebut tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi dan makna hidup, sebagai berikut:
1) Dalam setiap keadaan termasuk dalam penderitaan sekalipun hidup ini selalu memberi atau mempunyai makna.
2)  Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
3) Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk mamilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
4) Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan (nilai-nilai kreatif/creative values, nilai-nilai penghayatan/experiental values, dan nilai-nilai bersikap/attitudinal values).
Sumber-sumber Makna Hidup
Selama kita mampu melihat hikmah di setiap keadaan maka makna hidup mungkin saja dapat ditemukan dalam keadaan penderitaan. Dalam kehidupan ini terdapat beberapa bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang dapat menemukan makna hidupnya aabila nilinilai tersebut dipenuhi.
Creative values seperti berkarya, bekerja, serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan makna hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. Namun, pekerjaan hanyalah sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup, sehingga makna hidup tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih tergantung pada individu yang bersangkutan.


Experiental values yakni keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, keindahan, keimanan, serta cinta kasih.

Attitudinal values yakni menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan kebenaran segala bentuk bentuk penderitaan. Dalam hal ini yang diubah buka keadaannya tetapi sikap yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.

Hopefull values, harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Meskipun harapan belum tentu menjadi kenyataan namun dapat memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan dan dapat menimbulkan semangat dan optimisme.


Tujuan Logoterapi
Logo therapy bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.Ada pun tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
1) Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
2) Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
3) Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Hakikat Manusia dalam Logoterapi
Berikut ini merupakan beberapa pandangan logoterapi terhadap manusia :
1)  Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
2) Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawi dan kejiwaan. Perlu dipahami bahwa sebutan “spirituality” dalam logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalah pahami sebagai konsep agama.
3) Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan selfdetachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
4) Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Dengan demikian, dalam pandangan logoterapi manusia adalah istimewa yang memiliki berbagai kemampuan dan daya-daya istimewa pula. Sadar diri, kemampuan mengambil jarak dan transendensi diri menunjukan kemampuan manusia untuk melampaui dimensi ragawi (antara lain bawaan dan insting) dan pengaruh lingkungan serta mampu mengarahkan diri kepada hal-hal diluar dirinya seperti makna hidup dan orang-orang yang dikasihinya. Manusia pun menemukan makna hidup melalui apa yang diberikan kepada lingkungan, apa yang yang diambilnya dari lingkungan (menghayati keindahan dan cinta kasih ), serta sikap tepat atas kondisi tragis yang tak dapat dihindari (misalnya kematian).

Pandangan Logoterapi Terhadap Masalah


Dalam ilmu psikologi Eksistensial, masalah makna hidup banyak dibahas. Salah seorang tokohnya yang banyak membahas masalah makna hidup adalah Victor Frankl seorang psikiater dari Austria dengan teorinya yang disebut logoterapi. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami kehampaan eksistensial dan selanjutnya akan menimbulkan frustasi eksistensial (frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna). Logoterapi membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Dalam logoterapi masalah adalah ujian hidup yang menurut Frankl harus dihadapi dengan keberanian dan kesabaran. Yakni keberanian untuk membiarkan masalah ini untuk sementara waktu tak terpecahkan, dan kesabaran untuk tidak menyerah dan mengupayakan penyelesaian.


Logoterapi dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Hidup akan memiliki makna dalam setiap situasi selama kita mampu mengambil hikmah, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (penderitaan dan kepedihan). Makna hidup setiap manusia dapat ditentukan sendiri olehnya, karena manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas. Dari kebebasannya manusia dapat memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri, apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Dan makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
Hubungan Terapis dan Klien dalam Logoterapi
Dalam logoterapi, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi. Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering dianggap tindakan yang menakutkan. Klien dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri. Pengalaman yang menakutkan atau menyenangkan dan mendepresikan atau gabungan dari semua perasaan tersebut.
Dengan membuka pintu yang tertutup, klien mampu melonggarkan belenggu deterministic yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologis. Lambat laun klien mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangan menjadi nyata. Menurut Frankl (1959), pencarian makna dalam hidup adalah salah satu ciri manusia. Dalam pandangan para eksistensialis, tugas utama terapis adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketidakberdayaan, keputusasaan, ketidak bermaknaan, dan kekosongan eksistensial. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidak bermaknaan dan membantu Klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau.
Frankl menandaskan bahwa fungsi Terapis bukanlah menyampaikan kepada Klien apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa Klien bisa menemukan makna, bahkan juga dari penderitaan, karena penderitaan manusia bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke terapis
2. Menyadari peran dari tanggung jawab Terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik 
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan Terapis terlibat dengan Klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan Klien
7. Memandang Terapis sebagai model, dalam arti bahwa Terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan potensi Klien bagi tindakan kreatif dan positif
8. Mengakui kebebasan Klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
9.  Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan Klien serta meningkatkan kebebasan Klien May (1961) memandang tugas Terapis diantaranya adalah membantu Klien agar menyadari keberadaannya dalam dunia : “ini adalah ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subjek yang memiliki dunia”.
Frankl (1959) menjabarkan peran Terapis sebagai “spesialis mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.
Tahapan-tahapan Logoterapi
Proses terapi pada umumnya mencakup tahap-tahap : perkenalan, pengungkapan dan penjajakan masalah, pembahasan bersama, evaluasi dan penyimpulan, serta pengubahan sikap dan perilaku. Biasnya setelah masa klienng berakhir masih dilanjutkan pemantauan atas upaya perubahan perilaku dan klien dapan melakukan konsultasi lanjutan jika diperlukan.  Logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). Relasi yang dibangun antara terapis dengan klien adalah encounter, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain.
Ada empat tahap utama didalam proses logterapi diantaranya adalah:
1. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi klien.
2. Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada tahap ini terapis mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan terapi lain yang cenderung membiarkan klien “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3.  Pada tahap pembahasan bersama, terapis dan klien bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku klien. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Teknik-Teknik Terapi
Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul dengan banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Contoh lain adalah masalah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru harus berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan anda.
Willis, Sofyan S. (2004). Konseling Individul Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.

0 komentar:

Posting Komentar